Senin, 20 Februari 2017

Tips-Tips Menulis Cerpen atau Novel Horor


Hello semua..
Hari pertamaku ngepost di hari aktif kuliah.. Duh, kalau udah bahas kuliah apalagi tentang tugas rasanya pengen cari kamera-lah.. Gak kuat adek, bang!! Wkwk

Baiklah, langsung aja. Kali ini, aku mau berbagi tips menulis cerpen atau novel genre horor. Simak yuk.


HORORTIPS 1 : Memahami Genre Horor


A. Pahami sifat subjektif dari sebuah cerita horor. 

Sama seperti komedi, horor adalah genre yang sulit ditulis karena apa yang membuat seseorang ketakutan atau berteriak bisa saja membuat orang lainnya bosan atau tidak merasakan apa-apa. Tetapi, sama dengan menyusun sebuah gurauan yang baik, para master genre horor telah berhasil menyusun cerita horor yang menyeramkan berkali-kali. 

B. Bacalah beberapa tipe cerita horor yang berbeda. 

Biasakan diri Anda dengan genre ini dengan membaca contoh-contoh cerita horor yang efektif, mulai dari cerita-cerita hantu hingga tulisan-tulisan horor kontemporer. Seperti yang pernah dikatakan oleh penulis horor terkenal, Stephen King, agar menjadi seorang penulis sungguhan, Anda harus “banyak-banyak membaca dan menulis” Kamu bisa melihat beberapa contoh spesifik seperti:

“The Tell-Tale Heart”, yang merupakan karya master penulis horor, Edgar Allen Poe, yang menceritakan tentang pembunuhan serta penghantuan yang sangat mengganggu secara psikologis.

C. Analisis contoh-contoh cerita horor tersebut.

Pilih satu atau dua contoh yang membuat kamu membaca dengan seru atau kamu anggap menarik, bergantung pada cara penggunaan setting, plot, karakter, atau perubahan pada ceritanya untuk menghasilkan nuansa horor atau teror.

Contohnya:
Pada cerita “The Moving Finger” karya Stephen King, ia menuliskan cerita yang berpusat pada: seseorang yang mengira ia melihat dan mendengar jari manusia menggaruk dinding kamar mandinya. Ceritanya lalu mengikuti orang ini dalam jangka waktu yang singkat saat ia mencoba menghindari jari tersebut, hingga ia terpaksa mengonfrontasi rasa takutnya terhadap sang jari. Stephen King juga menggunakan elemen-elemen lain seperti permainan Jeopardy dan percakapan di antara karakter utama dan istrinya, untuk menciptakan rasa tegang dan ngeri.

HORORTIPS 2 : Membuat Ide-Ide Cerita


A. Pikirkan tentang hal yang membuat Kamu takut atau ngeri. 

Selami perasaan takut akan kehilangan anggota keluarga, sendirian, kekerasan, takut akan badut, setan, atau bahkan tupai pembunuh. Rasa takut kamu lalu akan tertuang dalam halaman buku, dan pengalaman atau eksplorasi Anda terhadap rasa takut ini akan menarik perhatian pembaca.

B. Ubah situasi yang biasa menjadi sesuatu yang menakutkan.

Pendekatan lainnya adalah dengan melihat pada sebuah situasi sehari-hari yang normal, seperti berjalan-jalan di taman, memotong buah, atau mengunjungi seorang teman, lalu menambahkan elemen aneh atau menakutkan. Misalnya, menemukan telinga yang terpotong saat kamu berjalan-jalan secara tidak sengaja, memotong buah yang berubah menjadi sebuah jari atau tentakel atau mengunjungi teman lama yang tidak mengenal kamu/menyangka kamu sebagai orang lain.

C. Gunakan latar untuk membatasi atau memerangkap karakter kamu dalam cerita. 

Satu cara untuk membuat situasi yang akan menanamkan rasa teror pada benak pembaca adalah dengan membatasi gerakan karakter kamu, agar karakter tersebut dipaksa menghadapi rasa takutnya dan mencari jalan keluar.

Perangkap karakter kamu dalam ruang tertutup seperti gudang bawah tanah, peti mati, rumah sakit yang terbengkalai, sebuah pulau, atau kota mati. Cara ini akan menciptakan konflik atau ancaman langsung terhadap karakter cerita Anda, dan menambahkan unsur ketegangan yang langsung tercipta.

D. Biarkan para karakter kamu membatasi gerakan mereka sendiri.

Mungkin karakter kamu adalah seorang manusia serigala yang tidak ingin menyakiti siapa pun saat gerhana bulan selanjutnya, sehingga ia mengunci diri sendiri di gudang bawah tanah atau sebuah ruangan. Atau, karakter kamu mungkin sangat takut terhadap sebuah jari terpotong di kamar mandi. Ia melakukan segala yang ia bisa untuk menghindari kamar mandi, hingga jari tersebut terlalu sering menghantuinya, sehingga membuatnya memaksakan diri ke kamar mandi dan menghadapi ketakutannya.

E. Ciptakan emosi-emosi ekstrem pada pembaca Anda. 

Karena cerita horor bergantung pada reaksi subjektif pembaca, ceritanya harus mampu menciptakan perasaan-perasaan ekstrem pada pembaca, termasuk:
- Keterkejutan: cara termudah untuk menakuti pembaca adalah dengan menciptakan keterkejutan dengan akhir yang tidak biasa. Kamu bisa menggunakan gambar yang ditayangkan sekilas atau sebuah momen teror yang singkat. Akan tetapi, menciptakan rasa takut melalui keterkejutan bisa menghasilkan karya horor yang murahan. Jika digunakan secara berlebihan, cara ini menjadi mudah ditebak dan lebih sulit menakuti pembaca.
- Paranoid: rasa bahwa ada sesuatu yang tidak benar, yang bisa membuat pembaca takut, membuat mereka meragukan lingkungan sekitar mereka. Saat digunakan dengan baik, efek paranoia ini membuat para pembaca meragukan kepercayaan atau ide-ide mereka akan dunia. Jenis rasa takut ini sangat baik digunakan untuk membangun ketegangan secara bertahap dan membuat cerita-cerita horor psikologis.
- Kengerian: jenis rasa takut ini merupakan perasaan khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Rasa ngeri sangat efektif saat para pembaca benar-benar menyelam ke dalam cerita dan mulai peduli akan para karakter pada cerita tersebut.

F. Gunakan detail-detail menakutkan untuk menciptakan nuansa horor atau teror pada benak pembaca kamu.

Stephen King berpendapat ada beberapa cara utama untuk menciptakan rasa horor atau teror dalam sebuah cerita, yang bisa menghasilkan reaksi-reaksi yang berbeda dalam benak pembaca.

Dengan menggunakan detail-detail yang menjijikkan, seperti kepala terpenggal yang menggelinding jatuh dari atas tangga, sesuatu yang berlendir dan hijau yang mendarat di lengan kamu, atau seorang karakter yang terjatuh ke kolam darah.

G. Buat garis besar plot.

Setelah kamu menentukan premis atau skenario dan setting kamu, tentukan emosi ekstrem mana yang akan Anda permainkan, dan tentukan jenis detail-detail horor yang akan kamu gunakan dalam cerita. Buat garis besar plotnya secara kasar. Kamu bisa menggunakan piramida Freytag untuk membuat garis besar, yang dimulai dengan eksposisi setting dan kehidupan atau hari-hari penting bagi sang karakter, lalu berpindah ke konflik pada karakter

HORORTIPS 3 : Mengembangkan Para Karakter


A. Buat para pembaca peduli tentang para karakter kamu atau bisa mengidentifikasikan diri mereka dengan karakter utama kamu. 

Lakukan hal ini dengan memperkenalkan detail-detail serta deskripsi yang jelas akan kebiasaan, hubungan, serta cara pandang sang karakter.
- Tentukan usia dan pekerjaan karakter kamu.
- Tentukan status pernikahan atau hubungan karakter kamu.
- Tentukan cara pandang mereka akan dunia (sinis, skeptis, penuh kecemasan, bersemangat, mencintai dunia, atau cepat puas).
- Tambahkan detail-detail spesifik atau unik. Buat karakter kamu berbeda dengan sebuah karakteristik tertentu (seperti gaya rambut, bekas luka), atau aksesoris khusus yang menandai penampilannya (misalnya sejenis pakaian tertentu, perhiasan, pipa, atau tongkat). Cara bicara atau dialek seorang karakter juga bisa membedakannya dari karakter lainnya, dan membuat dirinya menjadi lebih menonjol di mata pembaca.

B. Persiapkan hal-hal buruk untuk terjadi pada karakter kamu.

Kebanyakan cerita horor berbicara tentang rasa takut dan tragedi, dan apakah karakter kamu mampu mengatasi rasa takutnya. Sebuah cerita yang menggambarkan hal-hal baik yang terjadi pada orang-orang baik adalah cerita yang menyejukkan hati, tetapi tidak akan menakuti para pembaca kamu. Bahkan, tragedi hal-hal buruk yang terjadi pada orang-orang baik jauh lebih masuk akal, selain penuh dengan kecemasan dan ketegangan.

C. Izinkan para karakter kamu membuat kesalahan atau keputusan yang buruk.

Setelah kamu menentukan bahaya atau ancaman terhadap seorang karakter, kamu lalu harus membuatnya merespon dengan tindakan yang salah, sembari membuat karakter tersebut meyakinkan diri bahwa ia melakukan tindakan atau mengambil keputusan yang benar untuk mengatasi ancamannya.

D. Buat tantangan yang jelas dan ekstrem bagi karakter kamu.

“Tantangan” seorang karakter adalah hal-hal yang akan hilang darinya jika ia
mengambil keputusan atau pilihan tertentu di dalam sebuah cerita. Jika para pembaca tidak tahu tantangan apa yang dipertaruhkan oleh sang karakter yang sedang mengalami konflik, mereka tidak bisa mengalami rasa takut kehilangan. Sebuah cerita horor yang baik berpusat pada menghasilkan emosi-emosi ekstrem seperti rasa takut atau kecemasan pada benak para pembaca, dengan membuat emosi-emosi ekstrem ini terlebih dahulu pada diri para karakternya.

HORORTIPS 4 : Membuat Klimaks yang Menyeramkan dan Bagian Akhir yang Menggantung


A. Manipulasi para pembaca tetapi jangan membingungkan mereka.

Para pembaca bisa bingung atau takut, tetapi tidak keduanya. Menipu atau memanipulasi para pembaca melalui pertanda, mengubah sifat para karakter, atau menunjukkan titik plot, bisa menciptakan ketegangan serta kecemasan atau rasa takut dalam benak pembaca.

Berikan petunjuk mengenai klimaks yang menyeramkan dari cerita kamu, dengan menyediakan detail-detail atau petunjuk-petunjuk kecil, seperti label pada sebuah botol yang nantinya akan berguna untuk karakter utama, suara pada sebuah ruangan yang akan menjadi indikasi adanya kehadiran sesuatu yang tidak natural, atau pistol berisi peluru dalam sebuah bantal yang nantinya mungkin digunakan oleh karakter utama pada
cerita kamu.

B. Tambahkan bagian akhir yang menggantung. 

Perubahan seperti ini pada sebuah cerita horor bisa membuatnya lebih menarik atau menghancurkannya secara menyeluruh, jadi ciptakanlah akhiran menggantung yang menghubungkan semua ujung konflikkarakter tetapi masih meninggalkan satu pertanyaan besar pada imajinasi pembaca. Walau kamu ingin menciptakan bagian akhir yang memuaskan pembaca, pastikan kamu juga tidak membuatnya terlalu tertutup dan jelas sehingga para pembaca meninggalkan karya kamu tanpa sisa rasa penasaran.

C. Hindari klise. 

Seperti genre lainnya, horor memiliki kumpulan majas atau klisenya sendiri, yang harus dihindari para penulis jika mereka ingin membuat cerita horor yang unik dan menarik. Mulai dari gambaran-gambaran familier seperti badut gila di loteng rumah hingga seorang pengasuh bayi yang sendirian di rumah pada malam hari, atau frasa-frasa umum seperti “Lari!” atau “Jangan lihat ke belakang!”, klise adalah hal yang sulit dihindari dalam genre ini.

HORORTIPS 5 : Merevisi Cerita


A. Analisis penggunaan bahasa kamu.

Baca draf pertama cerita kamu dan lihat kalimat-kalimat dengan kata sifat, kata benda, atau kata kerja yang berulang. Mungkin kamu lebih suka kata sifat “merah” untuk menjelaskan sebuah gaun atau genangan darah. Akan tetapi, kata sifat seperti “batu delima, lembayung, kirmizi”, bisa menambahkan tekstur bahasa dan mengubah frasa konvensional seperti “genangan darah merah” menjadi sebuah frasa yang lebih menarik, misalnya "genangan darah kirmizi.”

B. Bacakan cerita kamu keras-keras.

Kamu bisa melakukan hal ini di depan cermin atau di hadapan orang-orang yang kamu percayai. Cerita-cerita horor dimulai sebagai tradisi oral untuk menakuti seseorang di acara api unggun, jadi membacakan cerita keras-keras akan membantu kamu menentukan jika alur cerita sudah dikembangkan dengan stabil dan bertahap. Hal ini juga membantu kamu untuk menganalisis apakah sudah ada unsur keterkejutan, paranoia, atau kengerian, dan jika para karakter kamu telah mengambil semua keputusan yang salah sebelum dipaksa menghadapi ketakutannya.
 
C. Hindari meniru materi yang sudah ada atau cerita-cerita karya orang lain yang sudah diterbitkan, atau kamu akan dianggap melakukan plagiarisme.

Dan satu lagi, tips dariku. Selama buat cerita horor jangan terlalu dihayati ya, nanti ada yang nongol pula di bawah tempat tidurmu. Hihi.. serem...



Sekian..
Semoga bermanfaat ^_^





Sumber :  Inelamedia Cf
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar