Hello semua..
Hari pertamaku ngepost di hari aktif kuliah.. Duh, kalau udah bahas kuliah apalagi tentang tugas rasanya pengen cari kamera-lah.. Gak kuat adek, bang!! Wkwk
Baiklah, langsung aja. Kali ini, aku mau berbagi tips menulis cerpen atau novel genre horor. Simak yuk.
HORORTIPS 1 : Memahami Genre Horor
A. Pahami sifat subjektif dari sebuah cerita horor.
Sama seperti komedi, horor adalah genre yang
sulit ditulis karena apa yang membuat seseorang ketakutan atau berteriak bisa
saja membuat orang lainnya bosan atau tidak merasakan apa-apa. Tetapi, sama
dengan menyusun sebuah gurauan yang baik, para master genre horor telah
berhasil menyusun cerita horor yang menyeramkan berkali-kali.
B. Bacalah beberapa tipe cerita horor yang
berbeda.
Biasakan diri Anda dengan genre ini dengan
membaca contoh-contoh cerita horor yang efektif, mulai dari cerita-cerita hantu
hingga tulisan-tulisan horor kontemporer. Seperti yang pernah dikatakan oleh
penulis horor terkenal, Stephen King, agar menjadi seorang penulis sungguhan,
Anda harus “banyak-banyak membaca dan menulis” Kamu bisa melihat beberapa
contoh spesifik seperti:
“The Tell-Tale Heart”, yang merupakan karya
master penulis horor, Edgar Allen Poe, yang menceritakan tentang pembunuhan serta penghantuan yang sangat mengganggu secara
psikologis.
C. Analisis contoh-contoh cerita horor tersebut.
Pilih satu atau dua contoh yang membuat kamu
membaca dengan seru atau kamu anggap menarik, bergantung pada cara penggunaan
setting, plot, karakter, atau perubahan pada ceritanya untuk menghasilkan
nuansa horor atau teror.
Contohnya:
Pada cerita “The Moving Finger” karya Stephen King, ia menuliskan cerita yang berpusat pada: seseorang yang mengira ia melihat dan mendengar jari manusia menggaruk dinding kamar mandinya. Ceritanya lalu mengikuti orang ini dalam jangka waktu yang singkat saat ia mencoba menghindari jari tersebut, hingga ia terpaksa mengonfrontasi rasa takutnya terhadap sang jari. Stephen King juga menggunakan elemen-elemen lain seperti permainan Jeopardy dan percakapan di antara karakter utama dan istrinya, untuk menciptakan rasa tegang dan ngeri.
Pada cerita “The Moving Finger” karya Stephen King, ia menuliskan cerita yang berpusat pada: seseorang yang mengira ia melihat dan mendengar jari manusia menggaruk dinding kamar mandinya. Ceritanya lalu mengikuti orang ini dalam jangka waktu yang singkat saat ia mencoba menghindari jari tersebut, hingga ia terpaksa mengonfrontasi rasa takutnya terhadap sang jari. Stephen King juga menggunakan elemen-elemen lain seperti permainan Jeopardy dan percakapan di antara karakter utama dan istrinya, untuk menciptakan rasa tegang dan ngeri.
HORORTIPS 2 : Membuat Ide-Ide Cerita
A. Pikirkan tentang hal yang membuat Kamu takut
atau ngeri.
Selami perasaan takut akan kehilangan anggota
keluarga, sendirian, kekerasan, takut akan badut, setan, atau bahkan tupai pembunuh. Rasa takut kamu lalu akan tertuang
dalam halaman buku, dan pengalaman atau eksplorasi Anda terhadap rasa takut ini
akan menarik perhatian pembaca.
B. Ubah situasi yang biasa menjadi sesuatu yang
menakutkan.
Pendekatan lainnya adalah dengan melihat pada
sebuah situasi sehari-hari yang normal, seperti berjalan-jalan di taman,
memotong buah, atau mengunjungi seorang teman, lalu menambahkan elemen aneh
atau menakutkan. Misalnya, menemukan telinga yang terpotong saat kamu
berjalan-jalan secara tidak sengaja, memotong buah yang berubah menjadi sebuah
jari atau tentakel atau mengunjungi teman lama yang tidak mengenal
kamu/menyangka kamu sebagai orang lain.
C. Gunakan latar untuk membatasi atau memerangkap
karakter kamu dalam cerita.
Satu cara untuk membuat situasi yang akan
menanamkan rasa teror pada benak pembaca adalah dengan membatasi gerakan
karakter kamu, agar karakter tersebut dipaksa menghadapi rasa takutnya dan
mencari jalan keluar.
Perangkap karakter kamu dalam ruang tertutup
seperti gudang bawah tanah, peti mati, rumah sakit yang terbengkalai, sebuah pulau,
atau kota mati. Cara ini akan menciptakan konflik atau ancaman langsung
terhadap karakter cerita Anda, dan menambahkan unsur ketegangan yang langsung
tercipta.
D. Biarkan para karakter kamu membatasi gerakan
mereka sendiri.
Mungkin karakter kamu adalah seorang manusia
serigala yang tidak ingin menyakiti siapa pun saat gerhana bulan selanjutnya,
sehingga ia mengunci diri sendiri di gudang bawah tanah atau sebuah ruangan. Atau, karakter kamu mungkin sangat takut
terhadap sebuah jari terpotong di kamar mandi. Ia melakukan segala yang ia bisa
untuk menghindari kamar mandi, hingga jari tersebut terlalu sering
menghantuinya, sehingga membuatnya memaksakan diri ke kamar mandi dan
menghadapi ketakutannya.
E. Ciptakan emosi-emosi ekstrem pada pembaca
Anda.
Karena cerita horor bergantung pada reaksi
subjektif pembaca, ceritanya harus mampu menciptakan perasaan-perasaan ekstrem
pada pembaca, termasuk:
- Keterkejutan: cara termudah untuk menakuti
pembaca adalah dengan menciptakan keterkejutan dengan akhir yang tidak biasa.
Kamu bisa menggunakan gambar yang ditayangkan sekilas atau sebuah momen teror
yang singkat. Akan tetapi, menciptakan rasa takut melalui keterkejutan bisa
menghasilkan karya horor yang murahan. Jika digunakan secara berlebihan, cara
ini menjadi mudah ditebak dan lebih sulit menakuti pembaca.
- Paranoid: rasa bahwa ada sesuatu yang tidak
benar, yang bisa membuat pembaca takut, membuat mereka meragukan lingkungan
sekitar mereka. Saat digunakan dengan baik, efek paranoia ini membuat para pembaca
meragukan kepercayaan atau ide-ide mereka akan dunia. Jenis rasa takut ini
sangat baik digunakan untuk membangun ketegangan secara bertahap dan membuat cerita-cerita
horor psikologis.
- Kengerian: jenis rasa takut ini merupakan
perasaan khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Rasa ngeri sangat
efektif saat para pembaca benar-benar menyelam ke dalam cerita dan mulai peduli
akan para karakter pada cerita tersebut.
F. Gunakan detail-detail menakutkan untuk
menciptakan nuansa horor atau teror pada benak pembaca kamu.
Stephen King berpendapat ada beberapa cara utama
untuk menciptakan rasa horor atau teror dalam sebuah cerita, yang bisa menghasilkan
reaksi-reaksi yang berbeda dalam benak pembaca.
Dengan menggunakan detail-detail yang
menjijikkan, seperti kepala terpenggal yang menggelinding jatuh dari atas
tangga, sesuatu yang berlendir dan hijau yang mendarat di lengan kamu, atau
seorang karakter yang terjatuh ke kolam darah.
G. Buat garis besar plot.
Setelah kamu menentukan premis atau skenario dan
setting kamu, tentukan emosi ekstrem mana yang akan Anda permainkan, dan
tentukan jenis detail-detail horor yang akan kamu gunakan dalam cerita. Buat garis
besar plotnya secara kasar. Kamu bisa menggunakan piramida Freytag untuk
membuat garis besar, yang dimulai dengan eksposisi setting dan kehidupan atau
hari-hari penting bagi sang karakter, lalu berpindah ke konflik pada karakter
HORORTIPS 3 : Mengembangkan Para Karakter
A. Buat para pembaca peduli tentang para karakter kamu atau bisa mengidentifikasikan diri
mereka dengan karakter utama kamu.
Lakukan hal ini dengan memperkenalkan
detail-detail serta deskripsi yang jelas
akan kebiasaan, hubungan, serta cara pandang
sang karakter.
- Tentukan usia dan
pekerjaan karakter kamu.
- Tentukan status
pernikahan atau hubungan karakter kamu.
- Tentukan cara
pandang mereka akan dunia (sinis, skeptis,
penuh kecemasan, bersemangat, mencintai
dunia, atau cepat puas).
- Tambahkan
detail-detail spesifik atau unik. Buat karakter kamu berbeda dengan sebuah
karakteristik tertentu (seperti gaya rambut, bekas luka), atau aksesoris khusus
yang menandai penampilannya (misalnya sejenis pakaian tertentu, perhiasan,
pipa, atau tongkat). Cara bicara atau dialek seorang karakter juga bisa membedakannya dari karakter lainnya, dan membuat dirinya
menjadi lebih menonjol di mata pembaca.
B. Persiapkan hal-hal buruk untuk terjadi pada
karakter kamu.
Kebanyakan cerita horor berbicara tentang rasa
takut dan tragedi, dan apakah karakter kamu mampu mengatasi rasa takutnya. Sebuah
cerita yang menggambarkan hal-hal baik yang terjadi pada orang-orang baik
adalah cerita yang menyejukkan hati, tetapi tidak akan menakuti para pembaca
kamu. Bahkan, tragedi hal-hal buruk yang terjadi pada orang-orang baik jauh
lebih masuk akal, selain penuh dengan kecemasan dan ketegangan.
C. Izinkan para karakter kamu membuat kesalahan
atau keputusan yang buruk.
Setelah kamu menentukan bahaya atau ancaman
terhadap seorang karakter, kamu lalu harus membuatnya merespon dengan tindakan
yang salah, sembari membuat karakter tersebut meyakinkan diri bahwa ia
melakukan tindakan atau mengambil keputusan yang benar untuk mengatasi
ancamannya.
D. Buat tantangan yang jelas dan ekstrem bagi
karakter kamu.
“Tantangan” seorang karakter adalah hal-hal yang
akan hilang darinya jika ia
mengambil keputusan atau pilihan tertentu di dalam sebuah cerita. Jika para pembaca tidak tahu tantangan apa yang dipertaruhkan oleh sang karakter yang sedang mengalami konflik, mereka tidak bisa mengalami rasa takut kehilangan. Sebuah cerita horor yang baik berpusat pada menghasilkan emosi-emosi ekstrem seperti rasa takut atau kecemasan pada benak para pembaca, dengan membuat emosi-emosi ekstrem ini terlebih dahulu pada diri para karakternya.
mengambil keputusan atau pilihan tertentu di dalam sebuah cerita. Jika para pembaca tidak tahu tantangan apa yang dipertaruhkan oleh sang karakter yang sedang mengalami konflik, mereka tidak bisa mengalami rasa takut kehilangan. Sebuah cerita horor yang baik berpusat pada menghasilkan emosi-emosi ekstrem seperti rasa takut atau kecemasan pada benak para pembaca, dengan membuat emosi-emosi ekstrem ini terlebih dahulu pada diri para karakternya.
HORORTIPS 4 : Membuat Klimaks yang Menyeramkan dan Bagian Akhir yang Menggantung
A. Manipulasi para pembaca tetapi jangan membingungkan mereka.
Para pembaca bisa bingung atau takut, tetapi
tidak keduanya. Menipu atau memanipulasi para pembaca melalui pertanda,
mengubah sifat para karakter, atau menunjukkan titik plot, bisa menciptakan ketegangan serta kecemasan atau rasa takut dalam benak
pembaca.
Berikan petunjuk mengenai klimaks yang menyeramkan dari cerita kamu, dengan menyediakan detail-detail atau petunjuk-petunjuk kecil, seperti label pada sebuah botol yang nantinya akan berguna untuk karakter utama, suara pada sebuah ruangan yang akan menjadi indikasi adanya kehadiran sesuatu yang tidak natural, atau pistol berisi peluru dalam sebuah bantal yang nantinya mungkin digunakan oleh karakter utama pada
cerita kamu.
B. Tambahkan bagian akhir yang menggantung.
Perubahan seperti ini pada sebuah cerita horor
bisa membuatnya lebih menarik atau menghancurkannya secara menyeluruh, jadi
ciptakanlah akhiran menggantung yang menghubungkan semua ujung konflikkarakter
tetapi masih meninggalkan satu pertanyaan besar pada imajinasi pembaca. Walau
kamu ingin menciptakan bagian akhir yang memuaskan pembaca, pastikan kamu juga
tidak membuatnya terlalu tertutup dan jelas sehingga para pembaca meninggalkan
karya kamu tanpa sisa rasa penasaran.
C. Hindari klise.
Seperti genre lainnya, horor memiliki kumpulan
majas atau klisenya sendiri, yang harus dihindari para penulis jika mereka
ingin membuat cerita horor yang unik dan menarik. Mulai dari gambaran-gambaran
familier seperti badut gila di loteng rumah hingga seorang pengasuh bayi yang
sendirian di rumah pada malam hari, atau frasa-frasa umum seperti “Lari!” atau
“Jangan lihat ke belakang!”, klise adalah hal yang sulit dihindari dalam genre
ini.
HORORTIPS 5 : Merevisi Cerita
A. Analisis penggunaan bahasa kamu.
Baca draf pertama
cerita kamu dan lihat kalimat-kalimat dengan
kata sifat, kata benda, atau kata kerja yang berulang. Mungkin kamu lebih suka
kata sifat “merah” untuk menjelaskan sebuah gaun atau genangan darah. Akan
tetapi, kata sifat seperti “batu delima,
lembayung, kirmizi”, bisa menambahkan tekstur bahasa dan mengubah frasa
konvensional seperti “genangan darah merah”
menjadi sebuah frasa yang lebih menarik, misalnya "genangan darah
kirmizi.”
B. Bacakan cerita kamu keras-keras.
Kamu bisa melakukan hal ini di depan cermin atau
di hadapan orang-orang yang kamu percayai. Cerita-cerita horor dimulai sebagai
tradisi oral untuk menakuti seseorang di acara api unggun, jadi membacakan
cerita keras-keras akan membantu kamu menentukan jika alur cerita sudah
dikembangkan dengan stabil dan bertahap. Hal ini juga membantu kamu untuk
menganalisis apakah sudah ada unsur keterkejutan, paranoia, atau kengerian, dan
jika para karakter kamu telah mengambil semua keputusan yang salah sebelum
dipaksa menghadapi ketakutannya.
C. Hindari meniru materi yang sudah ada atau cerita-cerita karya orang lain yang sudah diterbitkan, atau kamu akan dianggap melakukan plagiarisme.
Dan satu lagi, tips dariku. Selama buat cerita horor jangan terlalu dihayati ya, nanti ada yang nongol pula di bawah tempat tidurmu. Hihi.. serem...
Sekian..
Semoga bermanfaat ^_^
Sumber : Inelamedia Cf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar